Meniru Ikan Salmon


Perjalanan hidup ikan salmon sangatlah inspiring kita para manusia.
Ikan laut tapi lahir di sungai. Melakukan perjalanan kembali ke laut, besar di laut dan akhirnya kembali ke sungai untuk melahirkan dan... mati!
Ikan salmon tidak pernah salah sungai, selalu kembali ke sungai asalnya. Ikan Salmon tidak pernah menyerah untuk mencapai lokasi dulu asal telurnya. Walau menentang arus, melompat air terjun... tetaap kembali, ke asalnya.

Menurut saya yang bodoh... hidup manusia sebenarnya seperti itulah.

Lahir dari alam ruh dan masih suci. Diperankan di dunia, lalu saatnya nanti tiba akan kembali ke alam ruh. Awalnya dulu sih masih suci, dan sudah layak ada di surga, tapi kelasnya masih sebagai Wildan - pelayan surga. Masih ikan salmon kecil. Tanda kesuciannya tuh terekam di Al Quran. Ketika di alam ruh kita mempersaksikan bahwa tuhan kita adalah Allah.... surat dan ayat berapa hayooo...

Maksud diturunkan di dunia adalah untuk diuji. Ditempa digembleng biar jadi ikan salmon gede. diuji pengakuan kita bahwa Allah-lah Tuhan kita. Biar jadi ngerti secara ainul yakin dan haqqul yakin Allah itu begini to begitu to. Allah itu Maha Menolong tertancap dihati karena pernah mengalami sendiri pertolongan-Nya. Allah Maha Pengasih tahu seberapa pengasihnya, Allah Maha keras Siksanya tahu seberapa menakutkan jika Allah murka, wong kita ngalami Pak Boss marah aja dunia terasa sempit...

Seberapa sampean yakin segitulah kualitas ruh sampean. Rangkingnya ditentukan disitu. Lulus tidak lulus dari kualitas keyakinan itu. Kalo sekedar hapal Asmaul Husna yang 10 tapi nggak ngerti maksudnya ya paling itu ruh kelas SD. Kalo hapal dan tahu maksudnya ruh kelas SMP. Mungkin Ruh para Nabi adalah kualitas S3 kali yaa. Nanti dibales Allah dengan surga ya sesuai dengan kelas ruh tadi. Surga kan juga berjenjang-jenjang. Jadi kita ini dulu dari surga tapi sekelas wildan, maksudnya Allah, kalo sudah berkelana di dunia, kembalinya sudah naik ke kelas tuan-tuan di surga. Levelnya naik. Kita di dunia tugasnya hanya mengamati dan merekam dalam keyakinan kita tentang kebesaran Allah. Agar kita konsen kita sudah dikasih modal. Modal rezeki dan jodoh yang sudah diatur.

Pertanyaannya bener nggak kita ada didunia ini sibuknya adalah sibuk membuktikan kebesaran Allah?

Apapun jalan hidup kita direkam sebagai episode "Allah sedang menunjukkan sifat-sifatNya". Jangan-jangan kita kepeleset nih. Sibuknya sibuk mengkhawatir-i rejeki dan jodoh. Khawatir rejeki seret maka walau di pekerjaan kita sekarang tertekan kita manut aja... nggak mau coba cari jalan lain. Padahal kalo kita mau berdikari.....
Khawatir jodoh yang nggak bagus maka yang digencar-i adalah pacaran dan pilih-pilihnya, bukan memperbaiki diri. Toh otomatis makin baik diri makin baik jodohnya (udah ada janjiNya kan di Quran)

Kayaknya kita perlu mikir-mikir lagi deh.... selama ini hidup kita dalam rangka apa ya???